Senin, 06 Juni 2016

1. Bahan Kultum Pondok Romadhan
 
Bismillahirrohmanirrohim
Kata Ulama, apabila ALLAH tidak mengkehendaki kita lagi :
• ALLAH akan sibukkan kita dengan urusan dunia.
• ALLAH akan sibukkan kita dengan urusan anak-anak.
• ALLAH akan sibukkan kita dengan urusan perniagaan.
• ALLAH akan sibukkan kita dengan harta.
• ALLAH akan sibukkan kita dengan mencari pengaruh pangkat dan kuasa.
√ Alangkah ruginya karena kesemuanya itu akan kita tinggalkan. Sekiranya kita mampu bertanya pada orang-orang yang telah pergi terlebih dahulu menemui ALLAH SWT dan jika mereka diberi peluang untuk hidup sekali lagi sudah semestinya mereka memilih tidak lagi akan bertarung bermati-matian untuk merebut dunia.
√ Tujuan kita diciptakan adalah untuk menyembah ALLAH dan beribadat kepada ALLAH SWT. Sebenarnya apa yang kita dapat dari dunia ini telah ditentukan oleh ALLAH SWT.
√ Kita mungkin cemburu apabila melihat orang lain lebih daripada kita dari segi gaji, pangkat, harta, kendaraan mewah dan rumah besar.
√ Kenapa kita tidak pernah cemburu melihat ilmu dan amalan orang lain lebih daripada kita. Kenapa kita tidak pernah cemburu melihat orang lain bangun disepertiga malam untuk solat tahajjud.
√ Kita cemburu melihat orang lain tukar mobil baru, tetapi jarang kita cemburu melihat orang lain bisa khatam membaca Al-Quran sebulan 2 kali.
√ Kesemua tanda - tanda ini menunjukkan dunia sudah sampai pada akhir zaman apabila duit, pangkat dan harta mengatasi segalanya.
√ Setiap kali menyambut hari ulang tahun kita sibuk sebaik baik mungkin menyiapkan urusan dunia tetapi kita telah lupa dengan bertambahnya umur kita maka kita akan dipanggil oleh ALLAH SWT semakin dekat.
√ Kita patut bermuhasabah mengenai bekal kita ke satu perjalanan yang jauh yang tidak akan kembali lagi buat selama-lamanya.
√ Sesungguhnya mati itu benar, alam kubur itu benar, pertanyaan munkar dan nakir itu benar, mahsyar ALLAH itu benar, syurga dan neraka itu benar. Semoga kita selalu saling menasehati dlm kebaikan.
Semoga bermanfaat dan kita bisa ambil hikmahnya


2. Bahan Kultum Pondok Romadhan
 
CIRI ORANG YANG DIBERKAHI ALLAH
Bismillah... Allah Tabaraka wa Ta’ala berfirman menceritakan perkataan Nabi ‘Isa 'alaihis salaam:
وجعلني مباركا أين ما كنت
“Dan Dia (Allah) menjadikanku sebagai orang yang diberkahi dimanapun aku berada.” (QS. Maryam : 31)
Imam Ibnul Qayyim Al Jauziyyah rahimahullah menerangkan bahwa orang yang diberkahi Allah Ta’ala ialah siapa saja yg memiliki sifat dan kriteria berikut ini:
1. Mengajarkan kebaikan.
2. Menyeru kepada Allah.
3. Mengingatkan tentang Allah.
4. Memotivasi agar senantiasa berbuat keta'atan kepada Allah.
Maka, barangsiapa yang tidak ada pada dirinya 4 sifat dan kriteria tersebut, berarti ia bukanlah termasuk orang yang diberkahi.
Dan Allah Ta’ala telah menghilangkan keberkahan dari perjumpaan dan perkumpulannya serta dari orang yang berjumpa dan berkumpul (berduduk-duduk) dengannya.
Hilangnya keberkahan ini disebabkan orang yang tidak diberkahi Allah tersebut akan menyia-nyiakan waktu (umur) dan merusak hati (kita).
📚 (Sumber: Risalatu Ibnil Qayyim ilaa Ahadi Ikhwaanihi, hal.3) (92) 
 
3. Bahan Kultum Pondok Romadhan

*Untuk Apa Kita Ngaji?*
(Beberapa catatan  dari ceramah Ustadz Dr. Syafiq Basalamah hafizhahullah)
Dalam syariat Islam, Ilmu memiliki kedudukan yang tinggi dan agung. Bahkan wahyu yang pertama kali turun adalah 'Iqra' yaitu *bacalah!*. Membaca adalah salah satu sarana mendapatkan ilmu. Wahyu pertama kali turun di Gua Hira. Waktu itu belum ada pondok pesantren, SD, SMP, SMA, perguruan tinggi, dan semisalnya. Namun wahyu itu turun memerintahkan untuk *membaca* sebagai pertanda bahwa kita ini _ummatul Iqra_ ummat yang menuntut ilmu. Bahkan disebutkan dua kali perintah *Iqra*dalam wahyu yang pertama kali turun tersebut.
Dikisahkan ada seseorang yang berkata kepada penuntut ilmu, "Mas, kami ini memang memiliki *ilmu yang sedikit*. Tapi alhamdulillah *amalnya banyak*!" Sebenarnya orang itu ingin mengatakan kepada penuntut ilmu tersebut, "Anda adalah orang yang *banyak ilmu* namun *jarang beramal*!" Maka selayaknya kita mengoreksi diri kita sendiri dan bertanya, "Untuk apa kita _ngaji_?
*Ilmu itu bukan tujuan namun ilmu itu sarana untuk mencapai tujuan yaitu amal.*
Ilmu dicari bukan hanya untuk menambah wawasan atau hanya dijadikan bahan untuk dijadikan debat.
Ilmu itu lentera yang akan kita gunakan sebagai penerang perjalanan menuju akherat.
Ilmu yang menjadi menjadi lentera penerang di akherat adalah ilmu yang dipraktekkan atau *diamalkan* di dunia.
Abu Qatadah radhiyallahu anhu berkata, Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam bersabda, "Sebaik-baik yang ditinggalkan oleh seseorang ketika wafat itu ada tiga perkara:
1. Anak yang mendoakannya
2. Sedekah jariyah
3. Ilmu yang diamalkan setelah dia meninggal. (Ilmu yang diajarkan kepada orang lain, kemudian diamalkan oleh orang-orang) HR Ibnu Majah dishahihkan oleh Al-Albani rahimahullah.
Dalam hadits lain Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam bersabda, "Barangsiapa yang mengajarkan ilmu, maka dia akan mendapatkan pahala orang yang *mengamalkan* dan tidak mengurangi pahala dari orang yang mengamalkan tersebut" HR Ibnu Majah dishahihkan oleh Al-Albani rahimahullah.
Hendaknya kita garisbawahi kata *amal*. Karena tujuan ilmu itu *amal* bukan sekedar *paham*.
💡Al Imam Ibnul Qoyyim rahimahullah berkata, "Andaikata *ilmu* itu bermanfaat *tanpa diamalkan* maka Allah tidak akan mencela pendeta-pendeta ahlul kitab. Andaikata *amal* itu bermanfaat tanpa *keikhlasan* maka Allah tak akan mencela orang-orang munafik". Orang-orang munafik di zaman Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam sholat bersama beliau namun hanya ingin dilihat (riya) oleh manusia.
Imam Asy-Syathibi menukil beberapa perkataan ulama dalam Al-Muwaffaqat:
💡Ada orang yang bertanya ke Abu Darda dan beliau radhiyallahu balik bertanya 'Apakah semua yang engkau tanyakan itu diamalkan?' Orang tersebut menjawab, 'Tidak' Maka Abu Darda berkata "Apa yang akan engkau perbuat dengan bertambahnya hujjah atas dirimu!" Yakni maksudnya engkau bertambah ilmu namun amalmu tak bertambah"
💡Hasan Al-Bashri berkata, "Jika engkau ingin melihat (menilai) seseorang, lihatlah kepada amalnya. Adapun yang dikatakannya biarkanlah" *Jika engkau lihat para Ustadz yang mereka berceramah dengan ilmu yang banyak maka bukan itu yang jadi ukuran, namun lihatlah apakah ilmu tersebut diamalkan oleh sang Ustadz.* Amal itulah yang akan menilai apakah orang tersebut jujur atau bohong.
💡Ibnu Mas'ud radhiyallahu 'anhu berkata , "Manusia itu jika berbicara maka pembicaraannya manis. Barangsiapa yang perkataannya sesuai dengan amalannya maka dialah orang yang beruntung. Dan barangsiapa yang perkataannya tidak sesuai dengan amalannya maka sejatinya dia sedang melecehkan dirinya sendiri"
💡Al-Imam Sufyan Ats-Tsauri rahimahullah berkata, "Belajar hadits itu tujuannya agar dapat bertakwa kepada Allah. Oleh karena itu *ilmu agama lebih utama dari ilmu lainnya*" Mengapa demikian? Karena dengan ilmu itu kita bisa mengenal Allah dan mendekatkan diri kepada Allah, mengetahui mana halal dan mana haram. Jika ilmu itu tidak diamalkan dan tidakmenambah takwa kepada Allah maka ilmu agama itu tidak ada bedanya dengan ilmu lainnya.
Al Imam Sufyan Ats-Tsauri rahimahullah sedang mengisyaratkan kepada sebuah ayat yang artinya, "Sesungguhnya hamba-hamba yang paling takut itu adalah mereka yang berilmu"
Setelah Al Imam Asy-Syathibi rahimahullah menukil perkataan perkataan tersebut beliau berkata, "Ini membuktikan bahwasanya menuntut ilmu ( _ngaji_) itu hanya sarana atau wasilah dan bukan tujuan utama." *Ilmu itu sarana atau perantara dari amal*. Karena kita tidak bisa beramal tanpa ilmu.
*Akhlak itu cerminan ilmu yang bermanfaat*
Ilmu yang bermanfaat itu tercermin dari akhlak, karena akhlak itulah ilmu yang dipraktekkan. Akhlak itu memperberat timbangan kebaikan di akherat. Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam juga menjadikan akhlak ini sebagai standar penilaian dalam memilih mantu. Hendaknya kita dalam memilih mantu itu jangan hanya dilihat dari hafalan Al Qur'an Dan Hadits. Namun lihat juga akhlaknya sebagai realisasi atau pengamalan ilmu dia. Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam bersabda, "Jika seseorang datang kepadamu yang baik *agama* dan *akhlak* nya untuk meminang putrimu maka nikahkanlah dia"
Jika kita ingin mengetahui karakter asli seseorang maka tanyalah orang paling dekatnya seperti supir atau pembantunya.
*Nasehat kepada Da'i agar memiliki Akhlak baik*
Kami pernah punya pengalaman menyedihkan di Madinah. Ada teman kami berhenti menuntut ilmu kepada seorang Syaikh gara-gara keburukan akhlak Syaikh tersebut. Waktu itu teman kami selesai kajian di Masjid berkunjung ke rumah Syaikh. Sampai rumahnya Syaikh berkata, "Mana binatang itu?" yang dimaksud binatang adalah supirnya. Sejak saat itu teman kami itu tidak mau ngaji dengan Syaikh tersebut. Mengapa? *Karena akhlaknya yang buruk*...
*Subhanallah....*
Ada seorang ibu yang ingin anaknya belajar ke seorang alim dan ibu itu berkata, "Belajarlah akhlaknya sebelum belajar ilmunya"
*Karena akhlak itu adalah buah ilmu*...
*Ilmu itu menjadi barokah ketika diamalkan*...
Hendaknya kita berupaya memperbaiki akhlak kita dan jangan kalah dengan tabiat kita
Kita upayakan Akhlak dengan diusahakan atau dilatih keberadaannya. Cara lain memperbaiki akhlak kita adalah mendengarkan *musuh* kita (!!!) Musuh kitalah yang paling waspada dengan kekurangan kita.
Nas alullah as salamah wa al 'afiyah
📝Diringkas dengan pertolongan Allah dari ceramah Ustadz Dr. Syafiq Basalamah hafizhahullah berjudul *Untuk apa kita Ngaji
 
 4. Bahan Kultum Pondok Romadhan
 Dua Tingkatan Orang yang Berpuasa
Oleh : Muhammad Abduh Tuasikal, MSc
Ada yang taat pada Allah saat puasa saja. Di luar puasa barangkali ia tidak setaat ketika berpuasa. Ada pula orang yang taat pada Allah sepanjang waktu. Keduanya sama-sama baik. Namun yang disebut kedua lebih utama dari yang pertama.
Ibnu Rajab Al-Hambali menyebutkan bahwa orang yang berpuasa ada dua tingkatan:
Tingkatan pertama: Orang yang menjalankan puasa dengan menjauhi larangan saat puasa yaitu makan, minum, hubungan intim dan menghindarkan diri dari berbagai perkara yang diharamkan juga meninggalkan berbagai maksiat. Ketaatan tersebut hanya dilakukan saat puasa. Puasa tingkatan pertama ini akan mendapatkan karunia dan pahala yang besar.
Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam pernah mengatakan pada seseorang,
إِنَّكَ لَنْ تَدَعَ شَيْئاً اتِّقَاءَ اللَّهِ جَلَّ وَعَزَّ إِلاَّ أَعْطَاكَ اللَّهُ خَيْراً مِنْهُ
“Jika engkau menjaga diri dari sesuatu karena Allah, maka tentu Allah akan memberimu yang lebih baik darinya.” (HR. Ahmad 5: 78. Syaikh Syu’aib Al Arnauth mengatakan bahwa sanad hadits ini shahih).
Karena orang yang berpuasa meninggalkan makan, minum, dan hubungan intim karena Allah, maka Allah akan menganti dengan kenikmatan di surga seperti disebut dalam ayat,
كُلُوا وَاشْرَبُوا هَنِيئًا بِمَا أَسْلَفْتُمْ فِي الْأَيَّامِ الْخَالِيَةِ
“(kepada mereka dikatakan): “Makan dan minumlah dengan sedap disebabkan amal yang telah kamu kerjakan pada hari-hari yang telah lalu.” (QS. Al Haqqah: 24). Mujahid mengatakan bahwa ayat ini turun kepada orang-orang yang berpuasa. Lihat Lathoif Al-Ma’arif, hal. 21.
Juga terkhusus bagi orang yang berpuasa disediakan pintu Ar Rayyan sebagaimana disebutkan dalam hadits yang muttafaqun ‘alaih, dari Sahl bin Sa’ad, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

إِنَّ فِى الْجَنَّةِ بَابًا يُقَالُ لَهُ الرَّيَّانُ يَدْخُلُ مِنْهُ الصَّائِمُونَ يَوْمَ الْقِيَامَةِ لاَ يَدْخُلُ مَعَهُمْ أَحَدٌ غَيْرُهُمْ يُقَالُ أَيْنَ الصَّائِمُونَ فَيَدْخُلُونَ مِنْهُ فَإِذَا دَخَلَ آخِرُهُمْ أُغْلِقَ فَلَمْ يَدْخُلْ مِنْهُ أَحَدٌ

“Sesungguhnya di surga terdapat pintu yang disebut “Ar Rayyan”. Di dalamnya masuklah orang-orang yang berpuasa pada hari kiamat. Tidak ada orang lain yang memasuki pintu tersebut bersama mereka. Nanti akan dipanggil, “Di mana orang yang berpuasa?” Lalu mereka memasuki pintu tersebut. Jika orang terakhir telah memasukinya, pintu tersebut tertutup dan tidak satu pun yang bisa memasukinya lagi.” (Muttafaqun ‘alaih. HR. Bukhari no. 1896 dan Muslim no. 1152).
Tingkatan kedua: Berpuasa atau menahan diri dari berbagai hal yang Allah haramkan baik di bulan Ramadhan, juga bulan-bulan lainnya. Ketaatan yang dilakukan bukan saat puasa saja namun sepanjang waktu. Ia terus konsisten dalam menjalankan perintah Allah dan menjauhi larangan-Nya. Ia pun tidak melampaui batasan Allah. Ia meninggalkan kenikmatan dunia dan mengharap balasan di akhirat kelak. Sehingga hari berbukanya yaitu waktu merasakan nikmat ketika berjumpa dengan Allah di akhirat.Tingkatan kedua ini lebih tinggi daripada tingkatan pertama.
Ibnu Rajab Al Hambali mengatakan, “Siapa yang berpuasa menahan syahwatnya di dunia, ia akan dapati kenikmatan tersebut di jannah (surga). Siapa yang meninggalkan ketergantungan pada selain Allah, maka ia akan menantikan balasannya ketika berjumpa dengan-Nya.

مَنْ كَانَ يَرْجُو لِقَاءَ اللَّهِ فَإِنَّ أَجَلَ اللَّهِ لَآَتٍ

“Barangsiapa yang mengharap pertemuan dengan Allah, maka sesungguhnya waktu (yang dijanjikan) Allah itu, pasti datang.” (QS. Al ‘Ankabut: 5). (Lathoif Al-Ma’arif, hal. 285).
Raihlah tingkatan puasa di atas. Sangat baik sekali kita dapat meraih tingkatan orang berpuasa yang kedua. Hanya Allah yang memberi taufik dan hidayah.

Referensi:
Lathoif Al-Ma’arif fii Maa Limawasim Al-‘Aam min Al-Wazhoif. Cetakan pertama tahun 1428 H. Ibnu Rajab Al Hambali. Penerbit Al-Maktab Al-Islami.
Syarh Samahatusy Syaikh Al ‘Allamah ‘Abdul ‘Aziz bin Baz ‘ala Kitab Wazhoif Ramadhan (kitab ringkasan dari Lathoiful Ma’arif Ibnu Rajab dan tambahan dari ‘Abdurrahman bin Muhammad bin Qosim). Cetakan pertama tahun 1432 H. Penerbit Muassasah ‘Abdul ‘Aziz bin Baz

 5. Bahan Kultum Pondok Romadhan

Menyambut Ramadhan
Oleh: Ustadz Abu Abdillah Ahmad Zain, Lc

بسم الله الرحمن الرحيم, الحمد لله رب العالمين, و صلى الله و سلم و بارك على نبينا محمد و آله و صحبه أجمعين, أما بعد:

Tulisan ini mengajak kepada penulis dan pembaca agar menyambut Ramadhan, Bulan Penuh Berkah, dengan: suka cita dan penuh keimanan serta bertekad bulat untuk semangat beribadah di dalamnya karena iman dan berharap pahala.

عنْ أَبِى هُرَيْرَةَ قَالَ قَالَ رَسُولُ اللَّهِ -صلى الله عليه وسلم- « أَتَاكُمْ رَمَضَانُ شَهْرٌ مُبَارَكٌ فَرَضَ اللَّهُ عَزَّ وَجَلَّ عَلَيْكُمْ صِيَامَهُ تُفْتَحُ فِيهِ أَبْوَابُ السَّمَاءِ وَتُغْلَقُ فِيهِ أَبْوَابُ الْجَحِيمِ وَتُغَلُّ فِيهِ مَرَدَةُ الشَّيَاطِينِ لِلَّهِ فِيهِ لَيْلَةٌ خَيْرٌ مِنْ أَلْفِ شَهْرٍ مَنْ حُرِمَ خَيْرَهَا فَقَدْ حُرِمَ
 ».
Artinya: “Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu berkata: “Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda: “Telah datang kepada kalian Ramadhan bulan penuh berkah, Allah Azza wa Jalla telah mewajibkan atas kalian untuk berpuasa padanya, di dalamnya
1. dibukakan pintu-pintu langit,
2. ditutup pintu-pintu neraka,
3. dibelenggu pemimpin setan,
4. dan di dalamnya Allah memiliki 1 malam yang lebih baik dari seribu bulan, siapa yang diharamkan dari kebaikannya maka sungguh dia telah-benar-benar diharamkan kebaikan”.
Hadits riwayat An Nasai, dinyatakan shahih lighairi di dalam kitab Shahih At Targhib wa At Tarhib.

عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ قَالَ قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ إِذَا كَانَ أَوَّلُ لَيْلَةٍ مِنْ شَهْرِ رَمَضَانَ صُفِّدَتْ الشَّيَاطِينُ وَمَرَدَةُ الْجِنِّ وَغُلِّقَتْ أَبْوَابُ النَّارِ فَلَمْ يُفْتَحْ مِنْهَا بَابٌ وَفُتِّحَتْ أَبْوَابُ الْجَنَّةِ فَلَمْ يُغْلَقْ مِنْهَا بَابٌ وَيُنَادِي مُنَادٍ يَا بَاغِيَ الْخَيْرِ أَقْبِلْ وَيَا بَاغِيَ الشَّرِّ أَقْصِرْ وَلِلَّهِ عُتَقَاءُ مِنْ النَّارِ وَذَلكَ كُلُّ لَيْلَةٍ. رواه الترمذي و صححه الألباني.

Artinya: “Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu berkata: “Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda: “Jika pada awal malam bulan Ramadhan maka
1. para syetan dan pemimpin jin terbelenggu
2. dan tertutup pintu-pintu neraka dan tidak satu pintupun terbuka
3. dan dibukakan pintu-pintu surga dan tidak satu pintupun tertutup
4. lalu ada suara yang menyeru: “Wahai pencari kebaikan, sambutlah! Dan wahai pencari keburukan, cukuplah!
5. Dan Allah mempunyai orang-orang yang dimerdekakan dari neraka dan yang demikian itu pada setiap malam!”.
Hadits riwayat Tirmidzi, dishahihkan di dalam kitab Shahih Al Jami’.
Subhanallah…luar biasa…!
Jadi, bagaimana kita sambut bulan ini…???

قال أبن باز رحمه الله: “هذا الشهر شهر عظيم مبارك فاستقبلوه رحمكم الله بالفرح و السرور و العزيمة الصادقة على صيامه و قيامه و المسابقة فيه إلى الخيرات و المبادرة إلى التوبة النصوح من سائر الذنوب و السيئات و التناصح و التعاون على البر و التقوى و التواصي بالأمر بالمعروف و النهي عن المنكر و الدعوة إلى كل خير لتفوزوا بالكرامة و الأجر العظيم”. (مجموع فتاوى أبن باز رحمه الله 15/38)

Ibnu Baz rahimahullah berkata: “Bulan ini adalah bulan yang agung penuh dengan berkah, sambutlah bulan ini…
1. Dengan kegemberiaan dan suka cita.
2. Dengan tekad yang bulat untuk berpuasa dan beribadah di malam harinya.
3. Dengan berlomba-lomba untuk mengerjakan kebaikan.
4. Dengan segera bertaubat yang nasuha (sebenarnya).
5. Dengan saling menasehati dan tolong menolong atas kebaikan dan taqwa.
6. Dengan saling memberi wasiat agar beramar ma’ruf dan nahi mungkar.
7. Dengan berdakwah kepada setiap kebaikan.
Agar kalian menang dengan mendapatkan kemuliaan dan pahala yang sangat besar”. (Majmu’ fatawa Ibnu Baz, 15/38).

 6. Bahan Kultum Pondok Romadhan

INGIN BERBUAT DOSA DAN MAKSIAT

Berikut ini ada sebuah kisah menarik yang terdapat dalam kitab : Ihya ulumuddin..
Suatu hari, Ibrahim bin Adham didatangi oleh seseorang yang sudah sekian lama hidup dalam kemaksiatan, sering mencuri, selalu menipu, dan tak pernah bosan berzina.
Orang ini mengadu kepada Ibrahim bin Adham, "Wahai tuan guru, aku seorang pendosa yang rasanya tak mungkin bisa keluar dari kubangan maksiat. Tapi, tolong ajari aku seandainya ada cara untuk menghentikan semua perbuatan tercela ini?"
Ibrahim bin Adham menjawab,
"Kalau kamu bisa selalu berpegang pada lima hal ini, niscaya kamu akan terjauhkan dari segala perbuatan dosa dan maksiat.
Pertama,
Jika kamu masih akan berbuat dosa dan maksiat, maka usahakanlah agar Allah Ta'ala jangan sampai melihat perbuatanmu itu." Orang itu terperangah, "Bagaimana mungkin, Tuan guru, bukankah Allah Ta'ala selalu melihat apa saja yang diperbuat oleh siapapun? Allah Ta'ala pasti tahu walaupun perbuatan itu dilakukan dalam kesendirian, di kamar yang gelap, bahkan di lubang semut pun."
Wahai anak muda, Kalau yang melihat perbuatan dosa dan maksiatmu itu adalah tetanggamu, kawan dekatmu, atau orang yang kamu hormati, apakah kamu akan meneruskan perbuatanmu?
Lalu mengapa terhadap Allah Ta'ala kamu tidak malu, sementara Dia melihat apa yang kamu perbuat?".
Orang itu lalu tertunduk dan berkata,"katakanlah yang kedua, Tuan guru!"
Kedua, Jika kamu masih akan berbuat dosa dan maksiat, maka jangan pernah lagi kamu makan rezeki Allah Ta'ala." Pendosa itu kembali terperangah, "Bagaimana mungkin, Tuan guru, bukankah semua rezeki yang ada di sekeliling manusia adalah dari Allah Ta'ala semata?
Bahkan, air liur yang ada di mulut dan tenggorokanku juga dari Allah Ta'ala jua." Ibrahim bin Adham menjawab,
"Wahai anak muda, Masih pantaskah kita makan rezeki Allah Ta'ala sementara setiap saat kita melanggar perintahNya dan melakukan laranganNya? Kalau kamu numpang makan kepada seseorang,
sementara setiap saat kamu selalu mengecewakannya dan dia melihat perbuatanmu, masihkah kamu punya muka untuk terus makan darinya?".
"Sekali-kali tidak! Katakanlah yang ketiga, Tuan guru."
Ketiga,
Kalau kamu masih akan berbuat dosa dan maksiat, janganlah kamu tinggal lagi di bumi Allah Ta'ala.
" Orang itu tersentak, "Bukankah semua tempat ini adalah milik Allah Ta'ala, Tuan guru?
Bahkan, segenap planet, bintang dan langit adalah milikNya juga?"
Ibrahim bin Adham menjawab,
"Kalau kamu bertamu ke rumah seseorang, numpang makan dari semua miliknya, akankah kamu cukup tebal muka untuk melecehkan aturan-aturan tuan rumah itu sementara dia selalu tahu dan melihat apa yang kamu lakukan?"
Orang itu kembali terdiam, air mata menetes perlahan dari kelopak matanya lalu berkata,
"Katakanlah yang keempat, Tuan guru."
Keempat,
Jika kamu masih akan berbuat dosa dan maksiat, dan suatu saat malaikat maut datang untuk mencabut nyawamu sebelum kamu bertobat, tolaklah ia dan janganlah mau nyawamu dicabut."
Bagaimana mungkin, Tuan guru? Bukankah tak seorang pun mampu menolak datangnya malaikat maut?"
Ibrahim bin adham menjawab,
"Kalau kamu tahu begitu, mengapa masih juga berbuat dosa dan maksiat? Tidakkah terpikir olehmu, jika suatu saat malaikat maut itu datang justru ketika kamu sedang mencuri, menipu, berzina dan melakukan dosa lainnya?".
Air mata menetes semakin deras dari kelopak mata orang tersebut,
kemudian ia berkata, "Wahai tuan guru, katakanlah hal yang kelima."
Kelima,
Jika kamu masih akan berbuat dosa, dan tiba-tiba malaikat maut mencabut nyawamu justru ketika sedang melakukan dosa, maka janganlah mau kalau nanti malaikat Malik akan memasukkanmu ke dalam neraka.
Mintalah kepadanya kesempatan hidup sekali lagi agar kamu bisa bertobat dan menambal dosa-dosamu itu."
Pemuda itupun berkata,
"Bagaimana mungkin seseorang bisa minta kesempatan hidup lagi, Tuan guru? Bukankah hidup hanya sekali?
Ibrahim bin Adham pun lalu berkata,
"Oleh karena hidup hanya sekali anak muda, dan kita tak pernah tahu kapan maut akan menjemput kita,
sementara semua yang telah diperbuat pasti akan kita pertanggung jawabkan di akhirat kelak, apakah kita masih akan menyia-nyiakan hidup ini hanya untuk menumpuk dosa dan maksiat?"
Pemuda itupun langsung pucat, dan dengan surau parau menahan ledakan tangis ia mengiba,
"Cukup, Tuan guru, aku tak sanggup lagi mendengarnya."
Lalu ia pun beranjak pergi meninggalkan Ibrahim bin Adham. Dan sejak saat itu, orang-orang mengenalnya sebagai seorang ahli ibadah yang jauh dari perbuatan-perbuatan tercela.
Semoga kisah ini menjadi renungan bagi kita bersama dalam menapaki setiap langkah kita selagi hidup di dunia..
Catatan :
Ibrahim bin Adham bin Mansur bin Yazid bin Jabir, dia seorang imam yang arif, pemimpinnya orang-orang zuhud, dan dia mempunyai julukan “Abu Ishaq al-‘Izli, ada yang mengatakan at-Tamimi, al-Khurasani, al-Balkhi, salah satu daerah di Syam. Beliau dilahirkan di Makkah pada akhir-akhir tahun ke 100H.
Semoga bermanfaat
" Ihya Ulumuddin"

Semoga bermanfaat untuk kegiatan Pondok Romadhan